Pages

Rabu, 10 April 2013

menahan dengan sengaja

menahan dengan sengaja, walau tidak suka, untuk mencapai ridha nya,

Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sukakah engkau semua kalau saya tunjukkan akan sesuatu amalan yang dapat melebur semua kesalahan dan dengan-nya dapat pula menaikkan beberapa darjat?" Para sahabat menjawab: "Baiklah, ya Rasulutlah." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Iaitu menyempurnakan wudhu' sekalipun menemui beberapa hal yang tidak disenangi - seperti terlampau dingin dan sebagainya, banyak-nya melangkahkan kaki untuk ke masjid dan menantikan shalat sesudah melakukan shalat. Itulah yang dapat disebut ribath, itulah yang disebut ribath - perjuangan menahan nafsu untuk memper-banyak ketaatan pada Tuhan." (Riwayat Muslim)

1054. Dari Abu Musa r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya sebesar-besar manusia perihal pahalanya dalam shalat ialah yang terjauh di antara mereka itu tentang jalannya lalu lebih jauh lagi. Dan orang yang menantikan shalat sehingga ia dapat mengikuti shalat itu bersama imam adalah lebih besar pahala-daripada orang yang melakukan shalat itu - dengan munfarid -lalu ia tidur." (Muttafaq 'alaih)


90. Keempat: Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Nabi s.a.w. lalu berkata: "Ya Rasulullah, sedekah manakah yang teragung pahalanya?" Beliau s.a.w. bersabda:
"Yaitu jikalau engkau bersedekah, sedangkan engkau itu masih sihat dan sebenarnya engkau kikir - merasa sayang mengeluarkan sedekah itu, kerana takut menjadi fakir dan engkau amat mengharap-harapkan untuk menjadi kaya. Tetapi janganlah engkau menunda-nunda sehingga apabila nyawamu telah sampai di kerongkong lalu berkata: "Untuk si Fulan itu, yang ini dan untuk si Fulan ini, yang itu, sedangkan orang yang engkau maksudkan itu telah memiliki apa yang hendak kau berikan." (Muttafaq 'alaih)
Hulqum adalah jalan pernafasan sedang mari' adalah jalan makan dan minuman.



88. Kedua: Dari Abu Sirwa'ah (dengan kasrahnya sin yang muhmalah dan boleh pula dengan difathahkannya), iaitu 'Uqbah bin al-Harits r.a., katanya: "Saya bersembahyang di belakang Nabi s.a.w. di Madinah yakni shalat 'ashar. Kemudian setelah bersalam lalu berdiri bergegas-gegas, terus melangkahi leher orang-orang banyak untuk menuju ke salah satu bilik isterinya. Orang-orang banyak yang takut kerana melihat bergegas-gegasnya beliau itu. Selanjutnya Nabi s.a.w. keluar lagi menemui sahabat-sahabatnya itu lalu mengetahui bahawa mereka itu benar-benar terhairan-hairan kerana bergegas-gegasnya tadi. Beliau s.a.w. lalu bersabda:
"Saya ingat pada sepotong emas yang ada di tempatku, maka saya tidak senang kalau benda itu mengganggu fikiranku - untuk menghadap Allah Ta'ala. Oleh sebab itu saya menyuruh supaya benda tadi dibahagi-bahagikan." (Riwayat  Bukhari)



((((((((untuk yang bersedekah itu adalah sedekah paling agung,, tapi ada baiknya juka untuk memaknai surat al isra ayat 26-30))))))))))))))

please read this

Mintalah selalu ampunan dan perlindungan atas segala dosa yang telah dilakukan maupun dosa yang akan datang. Mintalah kekuatan untuk taat kepada Allah, mintalah kekuatan untuk dapat melakukan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, dapat rela dan senang terhadap kesusahan dan ketentuan takdir-Nya, dapat sabar di dalam menghadapi malapetaka, dapat mensyukuri karunia-Nya, dapat mati di dalam keadaan iman dan baik, serta dapat bersatu dengan golongan para Nabi, orang-orang besar, para syuhada dan orang-orang yang diridhai, karena merekalah sebaik-baik rekan dan teman.

Hendaklah kamu meminta rasa senang dengan apa yang telah ditentukan-Nya, meminta perlindungan yang kekal untuk berada di dalam suasana dan keadaan yang telah ditentukan-Nya, dan meminta untuk tidak dipindahkan ke lain suasana atau keadaan yang berlawanan (perasaan tidak senang). Sebab, kamu tidak mengetahui letak kebaikan itu, apakah di dalam keadaan kaya atau miskin? Apakah di dalam kesusahan atau kesenangan?
Allah merahasiakan pengetahuan tentang itu kepadamu. Dia saja yang mengetahui baik dan buruknya suatu perkara.

Diriwayatkan bahwa Umar bin Khatab berkata, "Keadaan yang aku lihat di pagi hari tidak menjadi permasalahan bagiku, baik hal itu membawa apa yang aku sukai maupun tidak, karena aku tidak tahu di mana letak kebaikan itu."
Ia mengatakan hal itu, karena ia ridha dengan apa saja yang diperbuat oleh Allah, dan hatinya puas dengan ketentuan dan pilihan Allah.

Allah berfirman:
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. al-Baqarah:216)

Allah mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik, sedangkan kamu tidak mengetahuinya.
Tetaplah tinggal dalam keadaan seperti itu sampai keinginan hawa nafsumu musnah dan ego atau dirimu hancur, hina dan dapat dikuasai dan ditaklukkan. Setelah itu, tujuan, keinginanmu dan semua yang wujud akan keluar dari dalam hatimu serta tidak ada yang tinggal lagi di dalamnya, kecuali Allah Swt. Ketika itu, hatimu akan dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah, dan niatmu untuk mencapai-Nya akan menjadi ikhlas.

Dengan menjalankan perintah-Nya, maka tujuan dan kehendakmu akan dikembalikan lagi kepadamu untuk menikmati dunia dan akhirat. Kemudian, semua itu akan kamu pinta dari Allah, dan kamu akan mencarinya dengan patuh kepada Allah dan sejalan dengan Allah Allah Swt. Jika Dia memberikan karunia kepadamu, maka bersyukurlah, dan jika Dia mengambil kembali karunia itu, maka kamu tidak berkecil hati dan menyalahkan Allah. Jiwa dan pikiranmu akan tenang dan damai, karena dalam mencarinya bukan didasarkan pada keinginan dan hawa nafsumu, lantaran hatimu telah kosong dari keinginan dan hawa nafsu, dan kamu tidak melayani keinginanmu terhadap perkara-perkara itu, tetapi semata-mata hanya mengikuti perintah Allah melalui doamu kepada-Nya. Semoga ketenteraman dan kedamaian dilimpahkan kepadamu...Amin

Syekh Abdul Qadir al-Jilani

Kamis, 04 April 2013

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman


3067. Ali bin Khasyram menceritakan kepada kami, Isa bin Yunus mengabarkan kepada kami dari Al A'masy dari Ibrahim dari Alqamah dari Abdullah RA, ia berkata, "Ketika turun ayat, 'Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman,' (Qs. Al An'aam [6]: 82) kaum muslimin merasa berat karenanya. Oleh karena itu, mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, siapa yang tidak pernah menzhalimi dirinya?!' Rasulullah SAW bersabda, 'Bukan seperti yang kalian maksudkan. Akan tetapi maksud zhalim itu adalah syirik (menyekutukan Allah). Tidakkah kalian mendengar apa yang dikatakan oleh Luqman kepada anaknya, 'Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar?'." (Qs. Luqmaan [31]: 13) Shahih: Muttafaq alaih

berbohong kepada Allah?


3068. Ahmad bin Mani' menceritakan kepada kami, Ishaq bin Yusuf menceritakan kepada kami, Daud bin Abu Hind menceritakan kepada kami dari Asy-Sya'bi dari Masruq RA, ia berkata, 
        "Aku pernah duduk bersandar di rumah Aisyah, tiba-tiba Aisyah berkata, 'Hai Abu Aisyah, ada tiga hal yang siapa saja mengatakan salah satu di antaranya, maka ia telah mengatakan kebohongan terbesar terhadap Allah: Barangsiapa yang mengatakan bahwa Muhammad telah melihat Tuhannya, maka ia telah mengatakan kebohongan terbesar terhadap Allah, sebab Allah SWT telah berfirman. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang ia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. ' (Qs. Al An'aarr. [6]: 103) 'Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan ia kecuali dengan perantara wahyu atau di belakang tabir.' (Qs. Asy-Syuuraa [26]: 51) 
      Saat itu aku masih bersandar, namun ketika mendengar penjelasan ini aku segera duduk dan berkata, 'Hai Ummul Mukminin, tunggu dulu dan jangan tergesa-gesa. Bukankah Allah SWT berfirman, 'Dan sesungguhnya Muhammad telah melihatnya pada waktu yang lain.' (Qs. An-Najm [53]: 13) 'Dan sesungguhnya Muhammad itu melihatnya di ufuk yang terang?' (Qs. At-Takwiir [81]: 23) 
      Aisyah berkata, 'Aku —demi Allah— orang pertama yang menanyakan hal ini kepada Rasulullah SAW, beliau menjawab, 'Itu adalah Jibril. Aku tidak pernah melihatnya dalam bentuk aslinya kecuali pada dua waktu itu. Aku melihatnya turun dari langit. Besarnya Jibril menutupi antara langit dan bumi.' Barangsiapa yang mengatakan bahwa Muhammad telah menyembunyikan sesuatu dari apa yang diturunkan Allah kepadanya maka ia telah mengatakan kebohongan terbesar terhadap Allah, karena Allah SWT berfirman, 'Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.' (Qs. Al Maa'idah [5]: 67) Barangsiapa yang mengatakan bahwa ia (Muhammad) mengetahui apa yang akan terjadi besok, maka ia telah mengatakan kebohongan terbesar terhadap Allah, karena Allah SWT telah berfirman, "Katakanlah, 'Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah'. " Shahih: Muttafaq alaih

memohon petunjuk

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Daripada ‘Umar bin al-Khaththab (semoga Allah meredhainya), dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya amal itu tidak lain hanyalah dengan niat dan sesungguhnya bagi setiap orang hanyalah apa yang dia niatkan." (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Diriwayatkan hadis daripada ‘Abdil Muhaimin bin ‘Abbas bin Sahil bin Sa’din as-Sa’idi (r.a), hadis daripada bapanya, hadis daripada datuknya, (kata datuknya) daripada Nabi SAW bersabda: "Tiada solat bagi barangsiapa yang tiada wuduk, tiada wuduk bagi barangsiapa yang tidak membaca ‘Bismillah’ semasa berwuduk, dan tiada solat bagi barang siapa yang tidak berselawat atas Nabi, dan tiada solat bagi orang yang tidak sukakan orang ansar.’ (Hadis Riwayat Ibnu Majah)

"Tidak sempurna solat seseorang sehingga dia menyempurnakan wuduknya sebelum dia bertakbir, memuji Allah 'Azza wa Jalla, menyanjung-Nya, dan membaca ayat-ayat al-Quran yang mudah baginya (dihafalnya)
(Hadis Riwayat Abu Daud ia dinilai sahih oleh al-Albani dalam Sahih Sunan Abu Daud, hadis no. 856.)



Qutaibah menceritakan kepada kami, Abdul Aziz bin Muhammad menceritakan kepada kami, dari Al 'Ala" bin Abdurrahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Siapa saja yang melaksanakan shalat, namun di dalam shalatnya tidak membaca ummul Quran (Al Fatihah), maka shalatnya kurang, shalatnya kurang, dan tidak sempurna. Abdurrahman berkata, aku berkata, "Wahai Abu Hurairah, aku terkadang berada di belakang imam." Abu Hurairah berkata, "Wahai Ibnu Al Farisi, bacalah di dalam hatimu. Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, 
'Allah berfirman, "Aku telah membagi shalat antara diriku dan hamba-Ku menjadi dua bagian. Setengahnya untuk-Ku dan setengahnya lagi untuk hamba-Ku. Bagi hamba-Ku apa saja yang ia mohonkan. Seorang hamba membaca dan mengucapkan 'Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam' maka Allah berfirman, 'Hamba-Ku telah memuji-Ku.' Ia (hamba) membaca 'Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang' maka Allah berfirman, 'Hamba-Ku telah menyanjung-Ku.' Ia membaca 'Allah yang memiliki hari pembalasan' maka Allah berfirman, 'Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku dan bacaan ini untuk-Ku. Antara diri-Ku dan hamba-Ku ada bacaan 'hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan ', dan akhir surat ini adalah milik hamba-Ku. Bagi hamba-Ku apa yang ia mohonkan.' Ia (hamba) membaca 'Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat'.

"Diriwayatkan dari Hudzaifah ra, beliau berkata, "aku pernah solat bersama Nabi SAW. Lalu baginda membaca subhana robbiyal adzimi dalam rukuknya. Dan ketka sujud membaca subhana rab al-a'la. Dan setiap baginda membaca ayat rahmat, Nabi SAW diam lalu berdoa (agar rahmat tersebut diberikan kepadanya), sedangkan pada saat membaca ayat tentang seksa Allah SWT (adzab) baginda selalu memohon perlindungan kepada Allah SWT." (Sunan al-Darimi, no 1273).

"Rabi' bin Nafi' menceritakan kepada kami, dari Uqbah bin Amir ra, beliau berkata: Bertasbihlah kamu kepada Tuhanmu Yang Maha Agung," Rasulullah SAW lalu bersabda, "Jadikanlah bacaan itu dalam setiap rukukmu." Manakala turun ayat "Bertasbihlah kepada Tuhanmu Yang Maha Tinggi," Rasulullah kemudian bersabda, kerjakanlah perintah itu dalam setiap sujudmu." (ada riwayat lain) bahwa Ahmad bin Yunus menceritakan kepada kami sebuah hadis yang diriwayatkan dari Uqbah bin Amir ra dengan kandungan yang sama, beliau berkata bahawa Rasulullah SAW kalau rukuk baginda mengucapkan subhana robbi al- adzimi wa bihamdihi tiga kali." (Sunan Abi Dawud, no 736).

Sami'allaahu liman hamidah. Rabaanaa walakal hamdu. (Maha mendengar Allah akan pujian orang yang memuji-Nya. Ya Tuhan kami, untuk-Mu lah segala puji.")

Dari Abu Hurairah ra berkata : Bahwasanya Nabi SAW bersabda : “Apabila imam membaca “Sami’allahu liman hamidahu” (Allah Maha mendengar bagi siapa yang memuji-Nya), maka bacalah : “Allahumma Robbanaa lakal hamdu” (Ya Allah Tuhan kami hanya kepada Engkaulah segala puji), karena sesungguhnya barangsiapa yang bacaannya bersamaan dengan bacaan malaikat, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu."(Hadis riwayat Bukhari))

Dari Ibnu Abbas ra, berkata : Nabi SAW bersabda : "Aku diperintah sujud diatas tujuh tulang dan dahi, dan baginda memberi isyarat dengan kedua tangannya ke hidung baginda, kedua tangannya, kedua lututnya dan kedua ujung kakinya, dan kami tidak menggabung pakaian dan rambut".(Hadis Riwayat Bukhari)


 "Telah berkata Abu Humaid As-Sa‘idiy: "Aku adalah orang yang paling hafal (mengetahui) akan shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Aku melihat ketika Baginda bertakbir, Baginda mengangkatkan tangan Baginda sejajar dengan dua bahunya. Apabila rukuk, Baginda letakkan kedua tangannya pada kedua lutut. Kemudian Baginda membungkukkan punggung. Apabila Baginda mengangkat kepala (dari rukuk) Baginda tegak sehingga setiap tulang belakangnya kembali ke tempatnya. Apabila sujud Baginda letakkan kedua tangan Baginda dengan tidak mencengkam dan tidak pula menggenggam, dan Baginda hadapkan hujung jari-jari Baginda ke arah kiblat. Apabila Baginda duduk pada rakaat ke dua, Baginda duduk di atas kaki kiri dan menegakkan kaki kanan. Apabila Baginda duduk pada rakaat akhir maka Baginda julurkan kaki kiri dan ditegakkannya kaki kanan dan Baginda duduk di atas tempat duduk Baginda (tikarnya)". (Hadis riwayat Al-Bukhari)


"Daripada Ibnu ‘Abbas sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam membaca doa ketika duduk antara dua sujud: "Ya Allah! Ampunilah dosaku, rahmatilah aku, tutupkanlah keaibanku, berilah aku petunjuk dan kurniakanlah aku rezeki." Manakala di dalam riwayat Ibnu Majah (ditambah): "Angkatkanlah kedudukanku." (Hadis riwayat At-Tirmidz)

“Allahummaghfirli warhamni wajburni wahdini warzuqn
عن ابن عباس ان النبى صلى الله عليه وسلم كان يقول بين السجتين اللهم اغفرلى وارحمنى واجبرنى واهدنى وارزقنى.
Dari Ibnu ‘Abbas “sesungguhnya nabi s.a.w membaca di antara dua sujud : “Ya Allah ampunilah aku beri rahmatlah aku, cukupilah aku, pimpinlah aku, dan beri rezekilah aku” (Riwayat Tarmizi dan Abu Daud).



التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ ِللهِ ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ . أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى  مُحَمَّد وعلى آلِ  مُحَمَّد كَمَا صَلَّبْتَ عَلَى  إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ  إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ  مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى  إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ  إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد .

Segala penghormatan, keberkahan, sholawat dan kebaikan hanya milik-Mu ya Allah,
 Salam sejahtera untukmu wahai para Nabi, dan rahmat Allah serta barakah-Nya.
Salam sejahtera untuk kami dan untuk para hamba Allah yang saleh .
 Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah, 
dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya,
 Ya Allah limpahkan selawat-Mu kepada  Muhammad dan  kepada keluarga Muhammad. 
Sebagaimana Engkau telah limpahkan selawat kepada  Ibrahim dan juga kepada keluarga Ibrahim,
 dan berilah berkat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, 
sebagaimana Engkau memberi berkat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. 
Sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi Maha Mulia.



mari kita mulai saat ini benar benar meminta petunjuk padaNya,
di zaman yang antah berantah ini
tidak ada penolong lagi selain Dia
Mari kita Salat

tapi jangan lupa jagalah perilaku kita setelahnya
silahkan baca surat annur ayat 35-40


sebagian diambil dari 


Minggu, 31 Maret 2013

Sholat

CAUTION:postingan ini tidak dianjurkan untuk dibaca oleh orang lain selain penulisnya sendiri karena banyak apa apa yang mau dituliskan malah tidak tersampaikan disini oleh penulis, jadi kemungkinan besar hanya penulis sendiri yang dapat memahami tulisan ini, InsyaAllah  (((((kebanyakan ialah opini)))) mohon baca artikel lain aja (alur bacaan bersifat acak)
1 Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? 2 Itulah orang yang menghardik anak yatim, 3 dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. 4 Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, 5 (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya, 6 orang-orang yang berbuat ria. 7 dan enggan (menolong dengan) barang berguna.(al maun/1-7)



logikanya 
Sholat itu Mencegah Perbuatan Keji dan Munkar

tapi kenapa shalat yang kita ulang setiap hari dan 5 kali sehari terkadang dia tetap keji dan mungkar?
berarti dia tidak shalat
(cek kakune, maksudnya coba bayangkan sesuatu yang kerjakan berulang ulang akan menjadi kebiasaan dan menjadi mind set seharusnya,, coba resapi bacaan shalat lalu resapi, bayangkan doa doa yang ada didalamya kalau benar benar kita resapi pasti kita akan berusaha juga untuk menjaga perilaku kita supaya doa kita di kabulkan)

padahal didalam sholat banyak bacaan bacaan yang jika diartikan merupakan doa , tetapi prakteknya kebanyakan kita tidak membuatnya seperti doa, melainka sebagai penggugur kewajiban saja dan dia berdiri untuk berangkat shalat dia berangkat dengan wajah malas , dan tidak niat

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.(An-Nisa' 142)

dan orang benar benar salat logikanya dia berhadapan dengan tuhan
tapi logikanya kita sering lupa kalau kita sedang menghadap tuhan
Menurut Imam Zamakhsyari; “Khusuk dalam solat ialah hati berkeadaan takut dan mata selalu tunduk (ke tempat sujud)”. (al-Kasysyaf)

Berkata Imam Al-Alusi, “Khusyuk ialah merendahkan diri dengan perasaan takut di samping tenang anggota badan.” Ibn Jarir meriwayatkan bahawa sahabat Abdullah ibn Abbas berkata, “Mereka yang khusyuk ialah mereka yang takut lagi tenang.”

Ali bin Abi Talib berkata, “(Khusyuk) tempatnya ialah di hati.” Sebagaimana diceritakan tentang kekhusyukan hati saidina Ali dalam solatnya, apabila anak panah berjaya dicabut dari belakangnya ketika dia solat.‎

 sahabat Ubadah bin Somit berkata, “Tidak berapa lama lagi akan ‎‎sampai satu zaman apabila kamu memasuki masjid kamu tidak akan menemui lagi lelaki ‎‎yang khusyuk.” ‎

1 Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 2 (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk. 44 Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir? 45 Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, 46 (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.

artikel ini terkait dengann artikel cahaya yang tembus ke dalam hati

cahaya yang masuk di dalam dada


Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.


(Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu